WONOPRINGGO – SMP Nusantara Gondang gelar upacara memperingati Hari Kesaktian Pancasila yang di ikuti oleh semua stakeholder sekolah, Sabtu (01/10/2022). Pada kesempatan itu yang menjadi pembina upacara adalah Ahmad Muslih, S.Pd.I.
Beliau dalam sambutannya mengingatkan kembali sejarah kelam di balik tanggal 1 Oktober, dan juga pentingnya menjaga idiologi yang menjadi dasar terbentuknya negara Indonesia, yaitu Pancasila.
“Kita harus selalu mengingat akan sejarah yang telah terjadi di Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1965, di mana peristiwa itu bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.” Ucapnya di depan peserta upacara.
Beliau juga membaca serta sekaligus menjabarkan isi dari teks Pancasila. Menurut beliau, teks Pancasila sudah sangat sesuai dengan ajaran yang sudah ditanamkan dalam agama Islam. Mulai dari Sila pertama hingga ke lima.
Ustadz Ahmad Muslih Pimpin Upacara Hari Kesaktian Pancasila
“Pancasila yang telah dicetuskan para pendahulu bangsa ini sudah sesuai dengan agama Islam, mulai dari Ketuhanan yang Maha Esa hingga Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”ungkapnya.
Sila pertama, “Ketuhanan yang Maha Esa”, sila ini selaras dengan Surat al-Baqarah, ayat 163 yang memiliki arti; “Dan Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa . Tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Murah, lagi Maha Penyayang”.
Konsep ini menunjukkan bahwa dasar kehidupan bernegara rakyat Indonesia adalah ketuhanan. Di dalam Islam, konsep ini biasa disebut hablum min Allah yang merupakan esensi dari tauhid berupa hubungan manusia dengan Allah SWT.
Sila kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, sila kedua dari Pancasila ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia menghargai dan menghormati hak-hak yang melekat dalam diri pribadi manusia tanpa terkecuali. Hal ini sesuai dengan surat al-Maa’idah, ayat 8 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran). Karena Allah, menjadi saksi dengan adil dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Sedangkan pada sila ke tiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia”, Persatuan Indonesia bukan dalam arti sempit saja, tetapi dalam arti luas bahwa seluruh penduduk Indonesia diikat oleh satu kesatuan geografis sebagai negara Indonesia. Adapun konsep persatuan dalam bingkai ajaran Islam meliputi Ukhuwah Islamiyah (persatuan sesama muslim) dan juga Ukhuwah Insaniyah (persatuan sebagai sesama manusia).
Ini sesuai dengan firman Allah dalam ayat Ali Imran ayat 103. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Sila ke empat yang berbunyi “Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmad Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan”, hal ini sesuai dengan firmanNya, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu tlah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imron [3]: 159).
Sedangkan sila terkahir “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” sesuai dengan ayat “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S. anNahl [16]: 90)
Maka tidak ada lagi alasan bahwa Pancasila tidak sesuai dengan ajaran syariat Islam, maka tinggal penerapannya saja yang harus selalu dikawal, agar semua sesuai dan selaras dengan isi dari Pancasila itu sendiri,